Rabu, 20 Mei 2009

Ukie Ardianto in memories: Part #1 - Kronologis Kematian Ukie

GORESAN PENA UNTUK SAHABAT
PART 1 : Kronologis Kematian Ukie


Bogor, 17/05/2009 13.00 WIB: Ukie Ardianto, lahir di Jakarta, 11 Maret 1975 (35 tahun) adalah sosok seorang yang sopan, ceria, penuh banyolan dan bersahaja, kini telah tiada meninggalkan keluarga dan para sahabatnya. Dia merupakan orang yang sangat bersemangat jika diajak reuni teman-teman SMA nya dan sosok yang paling rajin meng-update informasi alamat, nomor telpon dan posisi teman-temannya. Dia juga seorang yang sangat menjaga silahturahim dan 'entengan' jika diminta bantuan untuk mengumpulkan teman-teman SMA-nya. Karena itulah, sejak SMA hingga akhir hayatnya dia masih kita jadikan sebagai HUMAS alumni SMAN 48 Jakarta kelas Fis-1 Angkatan 91 yang kerjanya memang jadi penghubung ke para teman-temannya.

Goresan pena dan tulisan singkat ini ditulis untuk mengenang persahabatan almarhum dengan rekan-rekan SMAN 48 Jakarta khususnya kelas Fis-1 '91 dan lebih khusus lagi saya yang kebetulan rumah tinggalnya, baik orang tua dan Ukie tidak jauh dari rumah saya. Saya juga mengenal dekat dengan kedua orang tua dan para adik-adiknya, Ira, Opik, dan Ambar.

Berikut ini saya mencoba mengkisahkan sedikit kronologis mengenai kematian sahabatku, Ukie Ardianto, yang disarikan dari berbagai sumber:

Minggu, 17 Mei 2009 pukul 01.22 WIB (pagi dinihari) di tengah kesunyian dan kenyenyakan tidur, tiba-tiba terdengar suara HP ku berdering. Awalnya kupikir siapa dini hari sudah menelpon. Biasanya, jika dini hari seseorang menelpon hanya ada 2 kemungkinan, yaitu iseng atau ada informasi yang sangat penting dan bersifat darurat. Saat itu saya sendiri tengah tertidur nyenyak sehingga ada 2 miscall pada HP ku. Panggilan telpon berikutnya diangkat oleh istriku yang kebetulan masih terjaga karena sedang menyusui anak ke-3 yang masih berumur 3 bulan.

Ketika istriku mengangkat telpon ternyata yang menelpon adalah Arif, salah seorang sahabatku sekelas di Fis-1 SMAN 48 Jakarta. Selanjutnya terjadi percakapan singkat:
Istriku: "Ini siapa?"
Penelpon: "Arif, bu. Heru ada?"
Istriku: "Ada, sedang tidur. Emangnya ada apa Rif, malam-malam telpon?"
Penelpon: "Barusan dapat kabar kalau Ukie meninggal di tol Jagorawi"
Istriku: "Innalillahi wainna ilaihi raji'un. Beneran Rif? Kapan?"
Penelpon: "Gue ditelpon si Eva (istri Ukie), katanya Ukie lagi nyetir trus sesak napas dan dibawa ke rumah sakit PMI Bogor. Gue masih belum percaya, takutnya ada orang yang iseng. Tolong dicek juga ya?"
Istriku: "Iya, nanti saya bangunin mas Heru."
Penelpon: "Oke, makasih. Nanti tolong dikabarin yah?"
Istriku: "Insya Allah"

(Percakapan selesai)

Saat telepon berdering sebenarnya saya sudah terbangun sehingga begitu percakapan telpon selesai saya langsung bertanya, "Ada apa Mah?" "Ukie meninggal", kata istriku. "Innalillahi wainna ilaihi raji'un... Yang bener Mah? Kata siapa?", aku bertanya kemudian. "Arif..!", jawab istriku.

Tiba-tiba telponku kembali berdering dan ternyata telpon dari sahabatku yang lain, Nina (masih teman sekelas di Fis-1 SMAN 48 Jakarta). Informasi yang disampaikannya sama seperti Arif bahwa ada kabar Ukie telah meninggal di tol sekitar jam 20.00 WIB ketika sedang menyetir Honda Jazz nya menuju ke rumahnnya di Sentul. Sama seperti Arif, Nina juga meminta saya untuk memastikan informasi ini.

Singkatnya, saya dan istri segera bersiap-siap untuk ke RS PMI Bogor yang kebetulan hanya berjarak sekitar 10-15 menit dari rumahku di Perumnas Bantar Kemang, Bogor. Saat itu pukul 02.30 WIB (dini hari) saya ditemani istri menuju ke RS PMI dan begitu sampai kami langsung menuju ruang jenazah di bagian belakang. Berputar-putar di sekitar ruang Cemara ternyata tidak juga ditemukan dan akhirnya menuju receptionist dekat ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD). Setelah dicek memang tadi malam ada seseorang bernama Ukie masuk ke RS PMI, tetapi saya diminta langsung ke pos satpam karena baru saja jenazah dipulangkan menuju kediaman orang tuanya di daerah Taman Mini.

Kami langsung bertemu dengan para satpam yang kebetulan kantornya tidak jauh dari ruang IGD.
Saya: "Selamat malam bapak-bapak. Mau tanya, apakah tadi malam ada seseorang bernama Ukie yang ditemukan di tol Jagorawi?"
Satpam: "Selamat malam. Oh iya, baru saja dibawa pulang keluarganya sekitar 10 menit yang lalu."
Saya: "Kondisinya gimana pak dan apa penyebabnya?"
Satpam: "Sudah meninggal dikarenakan kurang mendapat supply oksigen sejak ditemukan di mobil di daerah Sentul. Katanya sesak napas, mungkin serangan jantung. Untuk lebih detilnya, mungkin bapak bisa tanya ke Polsek Babakan Madang, Sentul."
Saya: "Terima kasih atas informasinya pak. Selamat malam."
Satpam: "Ya, sama-sama. Selamat malam."

Begitu sudah mendapatkan informasi mengenai kematian sahabatku Ukie, saya langsung menghubungi teman-temanku kelas Fis-1 yang lain, seperti Arif, Nina, Rilo, Awalul, Chandra, Robertus, Pramudya, dan lainnya dan memastikan bahwa informasi mengenai Ukie telah tiada memang benar. Memang sedih rasanya ditinggalkan sahabat karib. Hingga saya menulis goresan ini saja rasanya masih belum percaya bahwa sahabatku Ukie telah tiada meninggalkan kita semua.

Masih terbayang wajahnya yang ceria, suka meledek, dan bersemangat. Merasa masih tidak percaya kalau Ukie sudah tidak akan bertemuku lagi ;(( Terakhir ketemu dia saat 2 minggu setelah istriku melahirkan anak ke-3, kalau tidak salah hari Sabtu, 7 Maret 2009 Ukie, Eva dan anaknya Lula datang ke rumahku di Perumnas Bantar Kemang Jl. Duku Raya RT 04/6 No. 45 Bogor 16143. Saat itu kami berbincang-bincang banyak dan bahkan Ukie dan istrinya, Eva, berencana untuk program anak ke-2.

"Ya Allah, Engkau Maha Berkehendak. Jika Engkau sudah berkehendak dan berbicara Kun Fayakun maka jadilah ketentuan dan keputusan-Mu dan tiada seorang makhluk pun di dunia ini yang mampu menolaknya."

Itulah yang saat ini terjadi pada sahabatku, Ukie dan Eva.


Saat ini (Minggu, 17 Mei 2009) Ukie disemayamkan di rumah orang tuanya di
Jl. Pusdiklat Depnaker, Gg. Gotong Royong, RT 004/06 No.1 Kelurahan Makasar, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, DKI Jakarta, Indonesia 13570 dan rencananya akan dimakamkan di TPU di daerah Cilangkap pada sore harinya karena menunggu ibunya (Tante Titin biasa saya dulu memanggilnya) yang tengah berada di rumah familinya di Kendari, Sulawesi Tenggara.

"Ya Allah, tempatkanlah sahabatku Ukie di tempat Mu yang layak bersama-sama orang yang gemar menyambung dan menjaga silaturrahim karena sahabatku ini termasuk orang yang sangat menjaga silaturrahim."

"Ya Allah, berilah kesabaran dan keikhlasan kepada keluarganya khususnya Eva, istrinya, dan Lula, anak perempuannya."

"Ya Allah, bukakan dan berilah hikmah kepada kami yang masih hidup agar kami dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari sahabatku itu."

"Ya Allah kabulkanlah do'a kami dan berikanlah kemurahan-Mu atas almarhum agar mendapat tempat di sisi Mu yang layak bersama-sama Rasulullah SAW dan para sahabatnya, orang-orang yang menjaga silaturahim dan para orang sholeh."

Amiin...

Hingga hari ini, berarti Fis-1 Angkatan 91 SMAN 48 Jakarta sudah 2 sahabatku yang lebih dulu dipanggil oleh Allah SWT, yaitu Petrus Adityo dan Ukie Ardianto.

Selamat jalan para sahabatku.
Kenanganmu akan selalu bersama kami semua.

Atas nama Fis-1 Angkatan 91 SMAN 48 Jakarta,

Para sahabatmu:
Heru Sukoco, Nina Setiawati, Joko Susilo, Arif Hidayat, Titin Yulianti, Siti Aisah, Robertus Bintang, Afriani, Awalul Sopar, Bayu Rismawan, Bernard Ringgas, Budi Gunawan, B. Yuliati, Chandra Wisnedi, Diah Maya Puspita, Dudi Gurnadi, Dwi Wahyuni, Eko Martin, Elfini Suciati, Euis Susanti, Gustina, Herman Phiton, Imron Rosadi, Ismayadi, Martha Leonora, Nimrot, Parlagutan, Pramudya Setiawan, Resti Nugraheni, Rilo Pambudi, Silvi Anggiasari, Sulistiowati, Taufik Akbar, Waskito B. Santoso, Widhy Kurniatun, Yusniadi Sinaga, Yustiana Servanda.