Minggu, 27 Januari 2008

Tempe

Sumber: Putu Setia (PS) dari Koran Tempo Edisi Minggu, 27 Januari 2008.

Saya dalam tulisan ini adalah penulis asli = Putu Setia (PS)

Jangan mau menjadi "bangsa tempe". Begitu seorang pemimpin di masa lalu berseru sambil mengacungkan tangan. Saya (PS) yang masih duduk di kelas dua sekolah menengah pertama--berbaju lusuh tanpa alas kaki--menyambut acungan tangan itu dengan teriakan "ganyang kapitalisme dan imperialisme". Saya tak berhasil mengingat apakah saat itu saya tahu arti kapitalisme dan imperialisme. Tapi kata "ganyang" saya tahu artinya, banyak sekali yang harus "diganyang": ada Malaysia, Inggris, Amerika, belum lagi "nekolim" yang kalau tak salah akronim dari neokolonialisme dan imperialisme. Saya baru saja dijadikan anggota Gerakan Siswa Nasional Indonesia.

Saya tak bermaksud menyoroti suasana politik di masa itu. Saya betul-betul hanya mau menyoroti soal tempe. Ketika itu, dasawarsa 1960-1970, sawah saya di kampung masih ditanami kedelai. Separuh tahun ditanami padi, separuh tahun ditanam palawija, khususnya kedelai. Sawah-sawah lainnya juga begiut. Kedelai jadi produk pertanian yang penting. Setelah panen, kedelai bisa direbus untuk camilan, bisa dijadikan sayur, selebihnya dijual kepada juragan lalu dibawanya ke kota untuk dijadikan tempe. Setelah jadi tempe, dibawa lagi ke desa. Tempe betul-betul makanan rakyat jelata, orang-orang yang kalah bersaing dalam hal apa pun. Karena itu, para pemimpin partai--yang hampir tiap hari berkeliling desa dan dekolah--selalu berpidato: jangan menjadi rakyat jelata, jangan kalah bersaing, jangan jadi "bangsa tempe", bangkitlah kamu marhaen..., dan seterusnya.

Suasana politik berubah. Suasana sawah juga berubah. Sekarang sawah-sawah tidak lagi ditanami kedelai. Adapun tempe masih ada di pasar, baik di pasar tradisional yang becek maupun di pasar swalayan yang berlantai marmer. Tempe tak hanya jadi konsumsi "orang-orang kecil" (tukang ojek, kuli bangunan, dan sebangsanya), tapi juga dimakan "orang-orang besar". Saya sendiri, sebagai penganut vegetarian yang ketat, tak bisa lepas dari tempe dan tahu, lebih sering membeli di pasar yang becek. Belum lagi adanya tren minum susu kedelai yang konon bisa meningkatkan metabolisme tubuh.

Kalau sawah-sawah di Bali, Lomboh, Jawa sudah asing lagi dengan kedelai, dari manakah bahan baku tempe itu datangnya? Ternyata dari Amerika Serikat, negeri yang dulu ikut jadi sasaran ganyang. Sebagian besar kedelai diimpor dari negeri kapitalis itu. Pedagang tempe langganan saya, Haji Mahmud, tak tahu kenyataan itu. "Wah, saya jadi malu, dulu pernah ikut memboikot produk Amerika atas anjuran seorang ulama", ujar Pak Haji.

Yang lebih malu lagi seorang profesor pertanian di Universitas Udayana. Profesor ini heran, bukan hanya satelit, komputer dan mobil yang diimpor, produk pertanian seperti kedelai, beras, gula juga diimpor. Lalu sawah-sawah Indonesia ditanami apa? Pemerintah tak pernah punya kebijakan yang membela para petani. Sawah-sawah dibiarkan setengah telantar, negeri agraris sudah tinggal nama saja. Pada saat negeri ini digoyang masalah tempe, langkah pemerintah hanya jangka pendek, menurunkan bea masuk kedelai impor sampai nol persen. Tak ada yang berpikir untuk kembali berswasembada kedelai, minimal menganjurkan menanam kedelai.

Jadi, kalau sekarang Anda makan tempe dan tahu, itu artinya Anda menguntungkan petani Amerika. Slogan di masa lalu, "Jangan jadi Bangsa Tempe" sudah sepatutnya diganti menjadi "Jadilah Bangsa Tempe", artinya tirulah kemajuan Amerika. Entahlah, apa negeri itu yang terus-menerus melesat maju, atau negeri kita yang semakin amburadul.

Selamat Jalan Pak Harto, Presiden RI ke-2

Innalillahi wainna ilaihi raji'un...

Telah berpulang ke rahmatullah mantan Presiden RI ke-2, H. M. Soeharto pada hari Minggu, 27 Januari 2008 pukul 13.10 WIB di Rumah Sakit Pusat Pertamina.

Semoga jasa-jasa dan perbuatan baiknya dapat selalu bermanfaat bagi rakyat Indonesia dan semua dosa-dosa dan kesalahan yang diperbuatnya selama hidup dapat di ampuni oleh 4JJ1 SWT dan rakyat Indonesia. Amin.

"No body is perfect in this small world" Begitulah ungkapan yang sering kita dengar dikala ada seseorang yang sudah melakukan kesalahan kecil tetapi kebaikan besarnya tidak pernah dihargai. Saya sendiri termasuk pengagum pak Harto (begitu panggilan akrab mantan Presiden RI ke-2 ini) bukan karena nama orang tua saya kebetulan juga bernama Suharto.

Banyak jasa-jasa yang telah diperbuat dan tentunya pasti dirasakan juga oleh kita, seperti model-model pertanian kerakyatan di mana KUD, penyuluhan, klompencapir, irigasi/pengairan, dan Repelita sebagai kontrol kemajuan jangka pendek bahkan Posyandu berjalan dengan sangat baik. Sejak diangkatnya beliau menjadi Presiden pada tanggal 27 Maret 1968, dari kondisi rakyat yang sangat sengsara, di mana kekeringan dan kelaparan di mana-mana, sosok anak dari desa Kemusuk ini mampu mendongkrak bangsa Indonesia menjadi negara Swasembada Pangan pada tahun 1983 dan mendapat penghargaan dari FAO di PBB. Hanya dalam waktu kurang lebih 15 tahun.

Kalau kita lihat sekarang di mana komponen-komponen pertanian kerakyatan sudah tidak lagi berfungsi optimal, penyuluhan hampir tidak ada, KUD 'mati', klompencapir 'bubar', irigasi/pengairan yang tidak berfungsi dan Repelita sebagai rencana strategis jangka pendek dan menengah untuk melakukan kontrol kemajuan juga sudah tidak ada.

Selain itu, saat ini bukan hanya satelit, komputer, dan mobil yang diimpor tetapi juga produk-produk pertanian seperti beras, gula, dan sekarang kedelai. Lalu apa yang salah dengan negara ini? Sebagian orang bilang, "Ini kan akibat kesalahan kepemimpinan Soeharto selama 32 tahun yang baru kita rasakan sekarang ini?".

Pertanyaan saya, "Apa benar demikian? Apakah ini bukan hanya sekedar permainan politik saja?" Lagu Ebiet kemudian berkumandang,"... Tanyakan pada rumput yang bergoyang ..."
Iklan salah satu perusahaan rokok ditayangkan, "Tanya kenapa?".

Tidak ada yang dapat menjawab semua ini hingga sekarang. Namun bagi saya pribadi, secara umum, kepemimpinan pak Harto lebih banyak dampak positifnya dibandingkan negatifnya. Bagi Anda yang tidak sependapat, itu hak Anda. No body is perfect.

Bogor, Minggu, 27 Januari 2008 pukul 17.18 WIB,

Heru Sukoco


Kamis, 10 Januari 2008

Membedakan “Countable Noun” dengan “Uncountable Noun”

Tulisan ini terjemahan bebas dari posting terdahulu tentang cara membedakan “Countable Noun” (benda yang dapat dihitung) dan “Uncountable Noun” (benda yang tidak dapat dihitung).

Dulu saya sering bingung mana yang “countable” dan mana yang “uncountable”. Untunglah istri saya dengan senang hati menjelaskan perbedaannya, yang ternyata sangat sederhana.

Cara membedakan mana yang “countable” dan mana yang “uncountable” adalah dengan membagi “benda” tersebut menjadi beberapa bagian.

Bingung? Berikut penjelasannya..

Countable Noun:
Jika setiap bagian dari hasil pembagian benda itu TIDAK merepresentasikan benda yang dibagi, maka benda itu termasuk “countable noun”.

Contoh

Jika Anda memecah belah kursi hingga berantakan entah dengan cara menggergaji, digigit-gigit atau dipatahin pakai tangan, maka tentu saja potongan-potongan kursi tidak bisa disebut sebagai kursi. Jadi kursi adalah “countable noun”.

Uncountable Noun:
Jika setiap bagian dari hasil pembagian benda itu merepresentasikan benda yang dibagi, maka benda itu termasuk “uncountable noun”.

Contoh

Jika Anda memecah belah gula hingga berantakan, maka tentu saja serpihan-serpihannya tetap merupakan gula.
Jadi gula adalah “uncountable noun”.

The Difference Between “Will” and “Be + Going To”

Posting ini saya ambil dari bloggernya

This morning when my wife cleaned our bed room, I read some peace of her students’ worksheets and found about their daily schedule. I asked my wife why she should asked her students to write about it. She said that she wanted to explain the difference between “will” and “be + going to” in a sentence.

Look at these sentences:

[1]. I will watch a movie next saturday
[2]. I am going to watch a movie next saturday

Both sentences tell that the action of “watching a movie” is in the future. So what is the difference? In which sentence you should use them?

Okay..

The main difference is on the planning time.

When you are using “will” in the sentence, it means that you plan your action at the time you make/say the sentence.

When you are using “be + going to”, it means that you planned your action before.

Here is another example:

[1]
The Boy: “Girl, would you please have a dinner with me tonight?”
The Girl : “No, I won’t. I am going to watch a movie tonight”

or

[2]
The Boy: “Girl, would you please have a dinner with me tonight?”
The Girl : “No, I won’t. I will watch a movie tonight”

The difference between the two conversation above is:
Conversation [1], the girl planned to watch a movie before the boy asked her. But in conversation [2], the girl planned to watch a movie right before she answered the boy’s question. ;)

It will be useful if you are talking with a native speaker. Conversation [2] indicates that you are lying.

Duka masih memayungiku

Taken from My Blogger at Friendster.com (Posted on Sunday, 02-25-2007 at 07:48 PM)

Ahad, 25 Februari 2007 jam 20:48 WIB
Innalillahi wainna ilaihi raji'un... Selamat jalan Eyang Putri..

Itulah kata-kata terakhir yang dapat kuucapkan kepada Eyangku mengingat diriku tidak dapat menghadiri dan mengantarkanmu ke tempat peristirahatanmu yang terakhir.

Minggu, 25 Februari 2007 jam 18:45 WIB. Seperti biasa, minggu adalah hari keluarga. Saya dan keluarga pergi ke mall IPB Botani Square untuk berbelanja keperluan anak-anak dan rumah. Waktu itu jam 18:50. Beberapa waktu setelah berada di mall, tiba-tiba saya menerima telepon dari adik saya yang di Jakarta dan mengabarkan bahwa Eyang Putri telah wafat sekitar jam 20:15.

Innalillahi wainna ilaihi raji'un... Tak terasa, waktu itu jam sudah menunjukkan pukul 21:10 WIB. Bergegas kami sekeluarga menyelesaikan berbelanja dan segera menuju kasir.

Saat itu juga, saya berniat untuk pulang ke rumah dan berangkat ke Wonogiri, Jawa Tengah, tempat di mana Eyangku tinggal. Namun, di tengah2 perjalanan saya berpikir krn mobil juga tidak dalam keadaan sehat. Ban belakang sisi kiri mobilku sudah 'gundul' separuh sehingga tidak mungkin saya langsung berangkat. Beberapa alternatif terpikir oleh saya, (1) cari ban (baru ato second).. tapi tidak mungkin krn malam sudah larut. Jamku sudah menunjuk ke jam 22.40 WIB. (2) pesan tiket bis, kereta, atau pesawat... hmm... juga tidak mungkin. (3) yang terakhir... berniat cari2 pinjaman mobil dari teman2.

Namun, ketiga alternatif itu pun semuanya kandas :( Sementara klo menunggu besok hari, tetap tidak sempat mengikuti acara pemakamannya karena insya 4JJ1, Eyang akan disemayamkan di pemakaman keluarga jam 11.30 WIB. Sedih memang... hampir semua keluarga berkumpul di sana... tapi saya tidak dapat pergi... apalagi waktu Eyang Kakung saya wafat, saya juga tidak bisa hadir pada acara pemakamannya. Masa, Eyang Putri wafat juga saya gak bisa hadir :(( Sedih rasanya.

Ma'afkan aku Eyang karena tidak dapat mengantarkanmu ke tempat terakhirmu. Namun, aku dan keluarga hanya dapat mendo'akanmu... Semoga Eyang mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya dan termasuk golongan orang2 beriman...
Amin.

Selamat jalan Eyang Putriku...

Cucumu tersayang,

Heru

Bencana Bertubi-tubi

Taken from My Blogger at Friendster (Posted at 02-16-2007 at 04:31 AM)

Khadimat saya, sebut saja Fulanah, selama 3 hari kemarin (mulai Kamis, Jum'at, Sabtu: 8-10 Feb 2007) merasa diganggu makhluk 'halus' yg tidak keliatan hingga 'kesurupan' beberapa kali dan harus diruqyah lebih dari 1x. Saat mengantar pulang Tina juga, mobil saya nambrak tanggul di Cianjur... ech hari Rabu kemarin, tgl 14 Feb 2007 kebobolan tape, raket, tas, dan berkas2 ujian :(( Emang cobaan sedang menimpa saya bertubi2 dan diuji kesabarannya.

Berikut kejadian rincinya:

Ceritanya begini, Saat itu Rabu, 14 Feb 2007 pukul 10.20 saya tiba di FMIPA. Seperti biasa saya parkir mobil di depan gedung FMIPA-Faperta, tepatnya di pinggir jalan turunan dekat Gardu Listrik Faperta - Kantin Stevia dan Pos Satpam Faperta.

Mobil saya parkir di situ dan saya langsung ikut rabuan. Setelah rabuan sktr jam 12, keinginan saya untuk pergi ke rektorat krn ada beberapa pekerjaan yg belum selesai sangat tinggi, namun saat itu tertahan krn mhs bimbingan saya sudah menunggu. Akhirnya saya mengurungkan niat untuk ke rektorat dan membimbing mhs sekaligus
ada yang mengisi KRS dan meminta dipandu. Proses pembimbingan tersebut berjalan hingga pukul 15.30 dan saya shalat Ashar.

Barulah setelah itu saya berniat pulang krn sudah jam 16.00-an dan menuju mobil. Alangkah kagetnya saya begitu saya buka pintu mobil, rekan saya dari pintu kiri juga sudah membuka pintu. Hal ini karena mobil saya tidak terpasang alarm dan kunci otomatis. Lebih kaget lagi ketika saya hendak starter mobil, melihat kabel2 di sekitar tape mobil saya berantakan.

Masya 4JJ1 dan Innalillahi... tape mobil saya kecurian. Saya merenung sejenak dan berpikir bhw yang hilang berarti sudah bukan milik saya lagi. Biasanya juga klo saya parkir mobil kepala tape mobil selalu saya copot dari body-nya. Lah kok hari itu tidak .... yach saya pasrah dan ikhlas atas kejadian itu... Semuanya saya serahkan kepada-Nya saja, daripada jadi 'penyakit'.

Tak lama kemudian saya menoleh ke bangku tengah dan belakang. Tadinya saya mengira hanya tape yang diambil, karena biasanya pelaku spesialist spt itu tidak mengambil barang lain kecuali spesialisasinya... saya tidak tahu kenapa... mungkin pamali kali yach :)

Namun, pencuri ini berbeda... karena semua tas di mobil saya juga raib.. Tas Raket berisi 2 raket dan pakaian serta 1 Tas berisi buku2 Ajar dan Berkas2 ujian mahasiswa juga raib :(

Yach... saya pasrah saja dan kembali serahkan saja kepada-Nya. Mungkin ini 'sentilan' kepada saya untuk mengintrospeksi diri.

Selanjutnya, saya lapor ke satpam FMIPA maupun FAPERTA yang bertugas saat itu. Saya juga bertanya, apakah bapak2 satpam lihat ada seseorang yang mendekati mobil saya? Atau ada orang yang membawa Tas Raket yg cukup besar dengan warna biru mencolok?
Mereka bilang,"Tidak pak..." dan ada seorang satpam yang memberikan nasehat ke saya, "Pak, ma'af nich... bukannya tidak mau melaporkan ke UKK IPB dan Polisi. Masalahnya kalo dilaporkan juga percuma... krn Bapak memarkirnya bukan di tempat parkir yang telah disediakan."

Hmm... saya berpikir sejenak.... "emang bener sich pak saya tidak parkir di tempatnya. Tapi setidaknya di jalur itu tidak terpasang P-coret dan S-coret, jadi saya msh berhak parkir di situ toch... asal tidak di trotoar"

Dalam hati sempat terpikir, "Apa klo saya parkir di tempat yang disediakan dg kondisi jauh dan sunyi spt itu dijamin tidak ada yg hilang? Paling2 klo hilang, ntar Anda berdalih... makanya pak pake kunci pengaman :("

Yach... sudah terjadi... ya sudahlah. Perkiraan dari 'teman spiritual' saya sich sktr 3 org pelakunya, 1 org beraksi, 2 org sebagai pengawas (di sisi atas dan bawah).

Demikian pengalaman buruk saya hari Rabu kmrn. Mudah2an ini perhatian untuk lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap barang2 yang di bawa ke kampus. Kok di kampus kita sendiri jadi was-was yach?!#@!:((

Tips mungkin bagi rekan2 yang lain:

  1. Jangan pernah meninggalkan tas (apa saja, apalagi laptop) di mobil krn itu merupakan daya tarik bagi pencuri
  2. Klo memiliki tape mobil yg bisa dicopot 'kepala'nya, lebih baik dicopot saja krn akan mengurangi resiko kecurian
  3. Selalu gunakan kunci ganda dan alarm mobil diaktifkan
  4. Pasrahkan semua yang ditinggalkan kepada-Nya, agar kita merasa ikhlas kalaupun terjadi sesuatu dan tidak was-was klo meninggalkan barang atau benda berharga lainnya.

Mudah2an bermanfaat.

Heru Sukoco
1. Dept. Ilmu Komputer FMIPA IPB
2. KPSI IPB
Kampus IPB Darmaga
Email: hsrkom{at}ipb.ac.id
YM: hsrkom

Fenomena di Malam Tahun Baru Hijriah 1429 H.

Assalamu 'alaikum wrwb.

Rabu tanggal 9 Januari 2008 waktu itu jam 18.05 WIB saya baru sampai depan garasi. Kebetulan saya parkir mobil sebentar di depan masjid sambil menunggu pintu garasi rumah saya dibuka. Rumah saya memang kebetulan persis di depan masjid jami' Al-Mujahirin yang merupakan masjid RW di perumahan saya, Bantar Kemang Bogor.

Tak berapa lama pintu garasi terbuka dan kemudian saya memasukkan mobil ke dalam garasi. Tak berapa lama juga berkumandang bacaan-bacaan dzikir dan do'a pengantar sebelum bedug maghrib. Pintu mobil kubuka dan aku masuk ke rumah sementara di pintu telah menyambut Istri dan anak-anakku. "Assalamu 'alaikum..." kataku sambil memasuki pintu rumah. "Wa'alaikum salam wrwb.", balas istri dan anak2.

Sementara di masjid terlihat ramai sekali jama'ah yang mulai hadir, pria, wanita, anak2, bapak, dan ibu untuk menyambut kehadiran Tahun Baru Islam 1429 H. Menjelang maghrib, Ustadz H. Tamami menuntun para jama'ah untuk segera memasuki masjid karena akan diadakan do'a bersama menutup tahun 1428 H. Beberapa saat kemudian, melalui pengeras suara masjid, berkumandang takbir dan do'a penutup tahun. Sementara saya hanya dapat mendengarnya dari dalam rumah karena masih bebenah merapihkan barang-barang bawaanku dari kantor.

"Dug..dug.. dug.. 3x"
"... 4JJ1 Akbar ... 4JJ1 Akbar..."
Ternyata do'a telah selesai dan saatnya Azan maghrib berkumandang. Kemudian saya pergi untuk berwudhu dan segera menuju ke masjid untuk menunaikan shalat maghrib berjama'ah. Singkatnya, shalat maghrib telah selesai ditunaikan dan kemudian dilanjutkan dengan berdzikir dan berdo'a. Selesai berdo'a, dilanjutkan dengan shalat sunnah. Sebelumnya, Imam yang saat itu dipimpin oleh ustadz H. Tamami telah mengajak untuk melanjutkan do'a awal tahun yang akan dibacakan di waktu malam awal tahun yaitu ba'da maghrib. Kebetulan saya waktu itu tidak menunaikan shalat sunnah melainkan ke luar masjid menuju rumah.

Setibanya di rumah, saya duduk-duduk di teras sambil mendengarkan tausyiah singkat seputar tahun baru hijriah dan dilanjutkan dengan berdo'a bersama. Tanpa sengaja saya melihat ke arah langit tepatnya ke sebelah Selatan. "Subhanallah... Maha Besar 4JJ1..." Saya melihat semua langit berwarna mega merah dikarenakan matahari mulai terbenam. Warnanya sungguhnya cantik dan indah. Namun bukan itu yang saya takjubkan. Melainkan ada 1 fenomena di langit yang membuat saya terpana, yaitu di antara mega merah tadi terlihat juga sebuah garis lurus berwarna biru langit yang sungguh bersih dan cerah yang diapit oleh mega merah tadi.

Waktu terus bergulir dan do'a menyambut awal tahun telah dikumandangkan. Saya sendiri ikut berdo'a dan mendengarkannya melalui beranda teras rumah yang persis berhadapan dengan masjid. Masih sambil memandang lokasi fenomena tadi tiba-tiba melintas awan hitam di bagian langit yang berwarna biru tadi. Mirip seperti sebuah teks berjalan pada papan iklan informasi di jalan tol. Bedanya, kalau yang ini berjalannya awan hitam dengan latar belakang biru langit yang cerah dan diapit mega merah sebagai frame-nya. Sungguh pemandangan yang sangat jarang terlihat terutama oleh saya.

Melihat hal itu, saya memanggil istriku untuk ikut berdo'a dan memberitahukan tentang pemandangan di langit tadi. Saat itu do'a dibimbing langsung oleh ustadz H. Tamami dalam bahasa Arab dan Indonesia. Sungguh do'a yang sangat baik untuk dibacakan terutama bagi diri kami pribadi. Kami berdo'a sambil bercucuran air mata karena teringat segala sesuatu yang telah kami lakukan di satu tahun sebelumnya, baik terhadap keluarga, orang tua dan orang lain.

Tiba-tiba terdengar, "Subhanallah Pah... lihat...", kata istriku. Langsung saya juga membuka mata di tengah do'a tadi. Kami memang mengikuti do'a di beranda teras rumah yang kebetulan
juga menghadap ke arah masjid.

"Iya Mah, ada apa?", tanya saya. "Itu... lihat di langit yang tadi berwarna biru dan di apit oleh mega merah tadi. Awan hitam yang tadi. Coba diperhatikan." kata Istriku. "Subhanallah... Awan itu membentuk tulisan Muhammad (dalam tulisan Arab)", kataku. Kami berdua jadi terhenti berdo'a karena memperhatikan fenomena itu yang berlangsung kurang lebih 3 menit. Kemudian awan itu perlahan-lahan memudar dan dan mega merah telah berubah menjadi kegelapan, pertanda waktu mulai menjelang malam. Waktu itu sekitar 18.30 WIB. Kami kemudian sadar dan kembali melanjutkan berdo'a kembali bersama-sama dengan para jama'ah yang berada di dalam masjid. Tak berapa lama kemudian do'a pun selesai.

"Subhanallah yach Pah, kita diperlihatkan oleh 4JJ1 tulisan Muhammad tadi. Sayangnya kita
tidak bisa mengabadikannya dengan kamera atau sejenisnya.", kata istri saya. Memang kebetulan kamera kami sedang rusak dan waktu sempat meminjam kamera Tele Olympus milik teman saya, Firman, tapi juga telah dipulangkan sehingga kami tidak dapat mengabadikan fenomena tadi.

Saya berpikir dan berdo'a, "Ya 4JJ1, Engkau telah menunjukkan kebesaran-Mu di hadapan kami. Ya, 4JJ1 kami hanya berharap Engkau selalu dapat melindungi dan menjaga keluarga kami tetap berada di bawah koridor-Mu. Ya, 4JJ1 limpahkanlah selalu kami rahmat dan hidayah-Mu serta rezeki yang berkah dan bermanfaat. Hindarilah kami dari perasaan riya', dengki, dan gibbah (gosip) yang dapat membuat kami lengah dan takabur. Mudah-mudahan ini menjadi awal tahun yang baik khususnya bagi kami sekeluarga dan bangsa ini. Amiiin..."

Mudah-mudahan apa yang saya alami hari Rabu malam (9 Januari 2008, pukul 18.15 - 18.45) dapat menjadi pelajaran bagi kita semua terutama saya pribadi. Tidak ada maksud dari saya pribadi untuk berbuat riya' atau takabur melainkan hanya ingin berbagi cerita saja.

Akhir kata, terima kasih telah dengan sabar membaca blog saya ini.

Wassalamu 'alaikum wrwb.